Penatalaksanaan batu ginjal pdf
Penggunaan MET harus disertai observasi. Pada pasien dengan batu non-kalsium, dapat dilakukan terapi untuk membuat urin menjadi lebih basa, pilihan obatnya adalah natrium bikarbonat dan kalium sitrat.
Pembedahan dapat dilakukan dengan indikasi dimana batu tidak dapat keluar dengan sendirinya. Batu dengan ukuran di bawah 4 mm biasanya dapat keluar dengan spontan, sedangkan di atas 8 mm tidak bisa keluar tanpa intervensi bedah.
Indikasi pembedahan antara lain:. Risiko perdarahan pada pasien yang mengonsumsi antikoagulan. Pada keadaan yang urgent dapat diberikan agen pembalik atau operasi ditunda sembari obat-obatan dihentikan. Pemasangan stent. Tidak disarankan dilakukan bila terdapat pionefrosis dengan ISK atau urosepsis.
Nefrostomi perkutan. Dilakukan drainase dari ginjal ke luar tubuh melalui kulit untuk mengurangi obstruksi, bila tidak memungkinkan pemasangan stent atau pada keadaan obstruksi ginjal yang terinfeksi.
Ureteroskopi URS. Ureteroskopi bisa digunakan untuk mengambil batu dengan ukuran sekitar 1 — 2 cm di daerah kaliks bawah kebawah, batu sistin dan batu yang keras. Menurut guideline AUA, ureteroskopi direkomendasikan untuk batu ureter mid-distal yang memerlukan intervensi, atau dengan batu simtomatik.
Bersamaan dengan ESWL, dilakukan manipulasi dari batu. Nefrolitotomi perkutan. Pada batu lebih dari 2 cm, dilakukan prosedur ini untuk mengambil batu tersebut. Merupakan pilihan untuk batu staghorn menurut AUA American Urological Association , dan batu simtomatik dengan beban batu di atas 20 mm, atau pada bagian bawah ginjal di atas 10 mm. Extracorporeal shockwave lithotripsy ESWL.
Menggunakan energi gelombang suara yang tinggi untuk memecah batu sehingga menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil agar dapat keluar. Indikasinya adalah batu yang lebih kecil dari 2 cm dan terdapat di kaliks atas dan tengah. Kontraindikasi pada kehamilan, gangguan perdarahan, batu yang tersangkut secara ketat, dan obstruksi ureter yang jauh dari batu.
ESWL menurun efektivitasnya pada batu yang keras dapat terlihat dari densitas saat CT-scan , batu sistin dan pasien berbadan besar.
Tatalaksana Kolik Renal Yang pertama dilakukan adalah pemasangan akses intravena untuk hidrasi dan obat-obatan IV. Analgesik Analgesik yang digunakan dapat berupa: Ketorolak. Efek sampingnya adalah depresi napas, sedasi, konstipasi, potensi adiksi, mual dan muntah. Namun, kita tidak membahas proses nyeri secara terperinci. Nyeri yang menjalar ke paha kanan dan selangkangan berhubungan dengan nyeri ketok di daerah costovetebra dan suprapubik saat dilakukan pemeriksaan fisik.
Artinya terjadi destruksi saraf parasimpatis yang serat-serat praganglionnya terletak di otak dan di sakral korda spinalis dekat daerah pubis , sedangkan serat ganglion terminalnya mempersarafi organ, yang dalam hal ini adalah ginjal. Adanya obstruksi yang disebabkan oleh tersangkutnya kristal tersebut di saluran perkemihan membuat pasien berkemih secara terputus-putus atau tidak puas. Obstruksi ini dapat menimbulkan lesi pada membran mukosa saluran sehingga terjadi perdarahan yang menyebabkan hematuria atau adanya darah di dalam urine.
Gejala pengeluaran urine yang berlebihan pada waktu malam hari yang dialami pasien disebut juga nokturia. Nokturia dapat disebabkan oleh hilangnya pemekatan urine normal sampai tingkatan tertentu di malam hari. Selain itu, nokturia juga berhubungan dengan nyeri karena sistem saraf yang mempengaruhi kontrol kandung kemih terganggu sehingga miksi yang terputus- putus sebelumnya terlepas di malam hari.
Namun, hal ini belum dibahas secara lanjut. Serta rasa mual tetapi tidak sampai muntah juga belum ditemukan penyebab pastinya. Namun, gejala yang dialami pasien tersebut berhubungan dengan kontraksi lambung yang dipengaruhi oleh kontraksi di ginjal yang letak anatominya di bagian inferior lambung. Pengkajian 1. Identitas klien: a. Nama : Tn. Umur : 40 tahun c. Alamat :- d. Agama :- e. Pendidikan :- f. Pekerjaan : Supir truk. Diagnosa masuk : Batu ginjal. Keluhan utama: Nyeri yang hilang timbul pada pinggang kanan sejak 2 bulan yang lalu dan nyeri bertambah sejak 2 minggu yang lalu.
Rasa nyeri menjalar hingga ke paha kanan bagian dalam sampai ke selangkangan. Nyeri terutama dirasakan bila lama duduk. Keluhan lainnya: Saat berkemih kadang timbul nyeri, miksi tidak puas dan terputus-putus. Riwayat penyakit dahulu a. Riwayat kencing berpasir dirasakan kira-kira 3 minggu yang lalu, sebesar pasir kecil berwarna kuning disertai dengan keluar urin bercampur darah.
Riwayat bangun tengah malam untuk kencing kira-kira 5 kali dalam semalam yang dialami 3 bulan yang lalu. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok pada region costovetebra dan region suprapubik. Nyeri ketok costovetebra menandakan bahwa ada kelainan pada ginjal, obstruksi pada pertemuan uretropeutrik. Nyeri pada sudut yang terbentuk oleh kosta terakhir dan vertebra. Nyeri suprapubik adalah nyeri di daerah suprapubis di bawah pusar.
Saat ini tanda vital normal. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium mempunyai tiga tujuan, yaitu: a. Mengetahui faktor risiko batu ginjal.
Mengetahui adanya komplikasi batu ginjal. Mengetahui jenis serta penyebab timbulnya batu ginjal. Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi: a. Kreatinin serum untuk mengetahui fungsi ginjal. C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada keadaan demam. Natrium dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.
Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko metabolik. Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada klien yang dicurigai mempunyai batu ginjal. Pemeriksaan rutin meliputi: a. Akan tampak acoustic shadow jika ada batu. CT Scan. Syarat IVP : 1 Klien tidak alergi pada bahan kontras. Retrograde atau antegrade pyelography. Dengan kateter kontras masuk ke dalam ureter. Bila tidak dapat dilakukan RPG Retrograde Pyelografi karena hidronefrosis, harus dilakukan nefrostomi dahulu supaya cairan dapat dibuang lalu dimasukkan kontras dari ginjal.
Spiral helical unenhanced computed tomography CT. Diagnosa 1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
Kekurangan volume cairan resiko tinggi berhubungan dengan mual atau muntah iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat atau lengkapnya informasi yang ada.
Catat lokasi, lamanya berhubungan 1. Nyeri hilang atau intensitas nyeri dengan dengan spasme skala dan peningkatan terkontrol. Pasien tampak peningkatan TD dan edema dan rileks. DN, gelisah, meringis, iskemia seluler. Pasien mampu merintih, menggelepar tidur atau 2.
Jelaskan penyebab nyeri istirahat dengan dan pentingnya tenang. Tidak perawatan setiap gelisah,tidak perubahan karakteristik merintih. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan kepada staf perawatan setiap perubahan karakteristik nyeri yang terjadi.
Bantu atau dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik. Perhatikan peningkatan atau menetapnya keluhan nyeri abdomen. Kolaborasi pemberian obat sesuai program terapi: a. Kortikosteroid 8. Pertahankan patensi kateter urine bila diperlukan.
Perubahan Tujuan: 1. Awasi asupan dan eliminasi urine 1. Perubahan haluaran, karakteristik berhubungan eliminasi urine urine, catat adanya dengan stimulasi tidak terjadi.
Tentukan pola berkemih oleh batu, iritasi Kriteria: normal klien dan ginjal dan ureter, 1. Haematuria perhatikan variasi yang obstruksi mekanik tidak ada. Piuria tidak 3. Dorong peningkatan terjadi. Rasa terbakar 4. Observasi perubahan tidak ada. Dorongan ingin atau tingkat kesadaran. Pantau hasil berkurang. Asetazolamid Diamox , Alupurinol Ziloprim. Hidroklorotiazid Esidrix, Hidroiuril , Klortalidon Higroton.
Amonium klorida, kalium atau natrium fosfat Sal-Hepatika. Agen antigout mis: Alupurinol Ziloprim. Natrium bikarbonat. Asam askorbat 7. Pertahankan patensi kateter tak menetap uereteral, uretral atau nefrostomi. Irigasi dengan larutan asam atau alkali sesuai indikasi. Siapkan klien dan bantu prosedur endoskopi. Kekurangan Tujuan: 1.
Awasi asupan dan volume cairan 1. Keseimbangan haluaran. Catat insiden dan berhubungan karakteristik muntah, Kriteria: dengan mual atau diare. Tingkatkan asupan 1. Awasi tanda vital. Timbang berat badan diuresis pasca 2. Tanda vital setiap hari. Nadi , 7. Berikan cairan infus RR, suhu sesuai program terapi.
Kolaborasi pemberian diet sesuai keadaan 3. Membran klien. Berikan obat sesuai 4. Turgor kulit program terapi baik. Kurang Tujuan: 1. Tekankan pentingnya pengetahuan 1. Kaji ulang program diet kebutuhan terapi program sesuai indikasi. Diet rendah purin. Diet rendah kalsium. Diet rendah oksalat. Berpartisipasi d. Diet rendah kalsium terhadap dalam program atau fosfat. Diskusikan program keterbatasan 2.
Menjalankan diet. Jelaskan tentang tanda informasi yang atau gejala yang ada. Tunjukkan perawatan yang tepat terhadap luka insisi dan kateter bila ada.
Implementasi Lakukan tindakan sesuai dengan apa yang harus dilakukan pada saat itu dan catat apa pun yang telah dilakukan pada klien. Evaluasi Evaluasi tidakan yang telah diberikan.
Jika keadaan klien mulai membaik, hentikan tindakan. Sebaliknya, jika keadaan klien memburuk, intervensi harus mengalami perubahan. Penatalaksanaan Tujuan dari penatalaksanaan batu ginjal adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan neuron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi desktruksi yang terjadi.
Suddart, ; Penatalaksanaan keperawatan 1. Meningkatkan asupan cairan bertujuan untuk meningkatkan aliran urine dan membantu mendorong batu. Asupan cairan dalam jumlah yang besar pada orang-orang yang rentan mengalami batu ginjal dapat mencegah pembentukan batu. Modifikasi makanan, dapat mengurangi kadar bahan pembentuk batu, bila kandungan batu sudah teridentifikasi. Batasi konsumsi makanan yang banyak mengandung zat kalsium oksalat dan asam urat.
Mengubah pH urine sedemikian untuk meningkatkan pemecahan batu. Penatalaksanaan medis 1. Pengurangan nyeri Tujuan dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan. Morfin atau meperiden untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa, mandi air panas atau hangat di area panggul, pemberian cairan, kecuali untuk klien muntah atau menderita gagal jantung kongestif. Tujuan dari pemberian cairan adalah untuk mengurangi konsentrasi kristaloid urine, mengecerkan urine, dan menjamin haluaran yang besar serta meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga mendorong masase batu ke bawah.
Pengangkatan batu Adanya pemeriksaan sitoskopik dan pemasangan kateter ureter kecil dapat menghilangkan batu yang obstruktif. Jika batu terangkat, maka bisa dilakukan analisa kimiawi yang menentukan kandungan batu. Terapi nutrisi dan medikasi Tujuan terapi adalah untuk membuat pengenceran karena batu sering terbentuk dan membatasi makanan yang memberikan kontribusi pada pembentukan batu serta anjurkan klien untuk bergerak agar mengurangi pelepasan kalsium dari tulang.
Pemberian terapi diet rendah protein, rendah garam adalah untuk memperlambat pertumbuhan batu ginjal atau membantu mencegah pembentukan batu ginjal. Batu kalsium: kurangi diet yang mengandung kalsium dan fosfor; obat untuk mengasamkan urine, seperti amonium klorida, Lithostat. Batu fosfat: diet rendah fosfor, seperti jel aluminium hidroksida.
Batu urat: diet rendah purin, seperti alopurinol Zyloprim. Batu sistin: diet rendah protein, seperti penisilamin. Batu oksalat: pertahankan keenceran urin dan batasi masukan oksalat, seperti banyak mengkonsumsi sayuran berdaun hijau, buncis, coklat, teh dan kopi. Metode pengangkatan batu a. Lithotripsi gelombang kejut eskternal ESWL.
Nefrostomi perkutan. Litotripsi elektrohidrolik. Setelah batu pecah menjadi bagian kecil seperti pasir, sisa batu akan dikeluarkan secara spontan. Metode endourologi pengangkatan batu Endourologi menggabungkan keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor.
Nefrostomi perkutan nefrolitotomi perkutan dilakukan dengan nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah dilebarkan ke dalam parenkim renal. Batu dapat diangkat dengan forseps atau jaring, tergantung dari ukuran. Alat ultrasound dapat dimasukkan melalui selang nefrostomi disertai pemakaian gelombang ultrasound untuk menghancurkan batu. Uretroskopi Visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop melalui sistokop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser.
Pelarutan batu Infus cairan kemolitik, misal: agens pembuat basa alkylating dan pembuat asam acidifying untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternatif penanganan untuk pasien kurang berisiko terhadap terapi lain dan menolak metode lain atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut struvit.
Kadang- kadang, batu staghorn kaliks dapat diangkat melalui operasi terbuka, terutama bila terdapat keadaan lain yang mendukung pendekatan semacam ini. Pengobatan sesuai dengan komposisi kimia batu, yaitu batu kalsium, kandungan batu kalsium pada klien batu ginjal adalah hal yang paling sering terjadi yang berkombinasi dengan fosfat atau substansi lain. Pada klien ini, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet dapat membantu mencegah pembentukan batu lebih lanjut.
Urine dapat menjadi asam dengan pemakaian medikasi seperti amonium klorida atau asam asetohidroksamik Lithostat. Penyebab batu ginjal masih idiopatik, namun terdapat faktor predisposisi seperti genetik, makanan dan minuman, volume air yang diminum, infeksi saluran kemih, aktivitas, vitamin dan obat-obatan, jenis kelamin dan berat badan.
Seseorang yang mengalami batu ginjal biasanya memiliki tanda seperti rasa mual ingin muntah. Hal tersebut dikarenakan infeksi pada saluran kemih akibat tersimpan lamanya batu.
Selain itu, semua batu pada saluran kemih dapat menyebabkan nyeri, namun lokasi nyeri bergantung pada lokasi batu. Selain itu, gejala klien dengan batu ginjal, yakni nokturia yang merupakan gejala pengeluaran urine pada waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak ml atau pasien terbangun untuk berkemih beberapa kali waktu malam ini. Gejala-gejala di atas cukup membuktikan bahwa seseorang mengidap batu ginjal.
Oleh karena itu, sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai patofisiologi batu ginjal sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan batu ginjal. Jika diagnosa akurat, maka dapat direncanakan perencanaan asuhan keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil yang tepat sehingga dapat diintervensi dengan benar. Ketika diintervensi dengan benar, maka saat evaluasi pun akan terlihat bahwa asuhan keperawatan yang direncanakan berhasil dan tidak menutup kemungkinan akan mengurangi kasus batu ginjal di Indonesia dan di dunia.
Daftar Pustaka Baradero, Mary et al. Klien dengan Gangguan Ginjal. Brooker, Chris. Ensiklopedia Keperawatan. Carpenito, Linda Juall. Jakarta: EGC. Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi Revisi 3. Doenges at al.
0コメント